Tugas : Dasar-Dasar
Budaya dan media Kereatif
Putri Setia Ningsih
(13321116)
Kelas B
Perempuan
: Kumpulan Cerita Pendek
“Cerita
Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri”
Oleh
Mochtar Lubis

Buku
berjudul Perempuan yang menuliskan beberapa kumpulan cerita pendek, oleh
Mochtar Lubis, ISBN : 978-979-461-758-8, Dimensi : 11 x 17 cm, Jenis Cover :
Soft Cover, Jenis Kertas : book paper (http://www.obor.or.id).
Saya membaca cerita pendek yang berjudul “cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala
Menggantung Diri”, kisah ini menceritakan kisah seorang haji jala yang
sebenarnya mengapa dia menggantung diri dan Perkumpulan tokoh masyrakat dalam
pusara politik pasca sampa kemerdekaan.
Cerita
yang berawal dari masyrakat mempertanyakan mengapa seorang haji menggantung
diri dan pandangan msyrakat yang bermacam-macam. Di sumatra utara seorang Haji
di kalangan masyrakat sangat berpengaruh. Apalagi seorang haji direkrut oleh
kalangan politik, maka dampaknya sangat besar sekali dalam mempengaruhi
masyrakat. Sehingga pada saat itu apapun yang diucapkan oleh haji Jala,
masyrakat percaya-percaya saja. Melalui tokoh “aku”, seorang guru sekolah
rakyat dan juga teman Haji Jala sendiri, yang beharus menceritakan kepada anak
dari haji jala yang bertetap di Jakarta.
Zaman
revolusi terdapat peraturan semua penduduk yang menempati tanah onderneming tersebut harus membuka lahan
dan harus bercocok tanam. Hingga sampai penduduk menempat tetap di sana,
berbagai macam tanaman yang ditannamnya. Seseorang yang bernama Haji Jala yang
sangat patuh pada pemerintah. Pada Zaman revolusi, sang haji Jala mendukung
seruan kaum komunis untuk merebut tanah onderneming,
tetapi kaum komunis berkuasa, haji jala dimnta untuk mengembalikan tanah
itu kepada pemerintah.haj jala sangat bingung, karena dahulunya disuruh merbut,
sekarang malah diminta untuk mengembalikan.
Haji
jala sudah terlanjur menyuarakan kepada rakyat untuk mempertahankan tanah, tapi
di sisi lain, ia takut kalau dianggap melawan pemerintah. Dalam kutipan kalimatnya
yang membuktikan dia sangat patuh terhadap pemerintah “Saya tidak mau
berkhianat saya hanya mau mencari kebaikan saja, saya hanya menurut kata
pemimpin saya”. Ketika da didesak oleh rakyat, mengapa dulu ia menyuruh
menduduki, sekarang ketika diambil lagi dia malah cenderung diam saja dan tak
berkutik sedikitpun. Haji Jala jadi malu untuk keluar rumah, mengurung diri di
kamar, dan akhrnya bunuh diri.
Dalam
cerita tersebut terdapat kekayaan kosa kata dengan bahasa-bahasa yang terus diasah seperti halnya
saya menemuka kata dengan menggunakan bahasa dan nada melayu. Tidak hanya
melayu saja, saya sebagai pembaca menemukan kata yang masih menggunakan nada
asli daerah tersebut yaitu Sumatra Utara. Kosa kata yang mampu membangun gairah
serta semangat, saya sangat terinsprasi sekali oleh kalimat di dalam cerita
tersebut yang menyebutkan “ Saya tidak mau berkhianat saya hanya mau mencari
kebaikan saja, saya hanya menurut kata pemimpin saya”. Mochtar Lubis seorang
yang santai dalam menyajikan cerita-cerita pendeknya. Yang saya tangkap dari
cerita ini dalam kumpulan cerita pendek. Dia tidak banyak memunculkan
kata-katanya, manis-manis. Dia menulis apa adanya, cerita yang mungkin atau
bahkan pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita dengan detail suasana yang
membuat saya akan dapat merasakan suasana dan tempat kejadian dari cerita Haji
jala tersebut.
Dari
hasil saya membaca cerita tersebut imajinasi yang mampu membangun
bayangan-bayangan dan pandangan terhadap cerita tersebut. Selan itu saya juga
membayangkan sesuatu yang mana terdapat tulisan dimana tetangga-tetangga yang
menguburkan mulai bercerita, penasaran akan kematian haji jala. Sampai-sampai
ada yang mengira kalau beliau sudah gila. Belakangan diketahui bahwa haji jala
merasa malu tidak tau harus berbuat apa. Awalnya saya sudah beranggapan bahwa
haji jala mempunyai keburukan dalam hidupnya dan sudah terbayang cerita ini
bakalan seperti cerita di Indosiar. Setelah saya melanjutkan bacaannya, saya
baru memahami maksud dan makna cerita tersebut.
Dari
apa yang saya baca seorang Haji yang akhirnya bunuh diri, tapi menurut saya
bukan berarti gambaran yang semuanya buruh terhadap Haji Jala. Pada
kenyataannya yang sudah di gambarkan dalam cerita tersebut, Haji Jala adalah
‘seorang pecinta rakyat, rajin memberi sedekah, membayar fitrah, dan selalu
ikut embantu (orang kampung).’ Dan kekurangannya seorang Haji Jala itu terlalu
lugu, naif, dan buta akan politik. Pemerintahan yang dibawah kekuasaan jepang
saat itu menyuruhnya untuk mengeluarkan ayat-ayat yang baik untuk mendukung
semua itu agar rakyat percaya. Kalau tidak, dia akan dipenjara. Tapi, haji jala
memilih untuk gantung diri dari pada melakukannya. Sungguh muliah haji jala,
meninggal demi rakyat.
Haji Jala adalah ukuran dari
kebanyakan rakyat yang lugu dan tidak mengerti politik. Orang-orang yang
seperti itu akan selalu menjadi korban politik. Akan lebih bahaya lagi jika
orang yang lugu dan haji jala seorang yang secara sosial dan budaya berpengaruh
dan dihormati. Awalnya saya tidak mengeri apa maksud dari cerita ini, setelah
saya baca berkali-kali saya mulai memahami cerita ini intinya menceritakan
kalangan politik yang gemar menjual dan mengatasnamakan kepentingan rakyar.
Mochtamar Lubis sangat kreatif
sekali, mengemas cerita yang benar-benar fakta dengan menarik. Moctamar Lubis
mampu menggambarkan cerita tersebut dengan jelas walau cerita tersebut adalah
kisah yang sudah lama, namun Mochtamar mampu menceritakan kisah tersebut di
zaman sekarang dan dapat dimengerti Mochtar Lubis yang mampu menggambarkan
settingan Indonesia di Era kependudukan belanda, dan jepang. Awalnya melihat
cover buku tersebut dengan berpandangan bahwa buku ini sudah berjudul
‘perempuan’ kemungkinan besar cerita ini berkaitan dengan kisah-kisah cinta dan
kisah seorang wanita. Cerita yang sangat
lugas, mudah dimengerti dan maknanya mendalam sekali dan ceritanya masih
relevan dengan zaman sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar